Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Samak berkata bahwa Nu’man bin Basyir berkhutbah, “Sungguh, Allah lebih berbahagia dengan taubat hamba-Nya daripada seorang laki-laki yang membawa makanan dan minumannya di atas punggung unta, kemudian dia berjalan. Sesampainya di daerah yang sepi, datanglah waktu untuk qoilulah (tidur siang). Dia turun dan ber-qoilulah di bawah pohon. Dia tertidur dan untanya pergi meninggalkannya. Dia terbangun lalu berjalan beberapa jarak, tetapi dia tidak menemukan apa pun. Kemudian dia berjalan beberapa jarak untuk kedua kalinya, tetapi dia tetap tidak menemukan apa pun. Lalu dia berjalan beberapa jarak untuk ketiga kalinya, tetapi dia masih tidak menemukan apa pun. Dia kembali mendatangi tempat di mana dia beristirahat siang. Manakala dia sedang duduk, tiba-tiba untanya datang berjalan hingga ia menjatuhkan tali kekangnya di depannya. Sungguh Allah lebih berbahagia dengan taubat seorang hamba daripada orang ini ketika dia menemukan untanya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Mas’ud
Samak berkata, “Sya’bi mengklaim bahwa Nu’man menyandarkan hadis ini kepada Nabi. Adapun aku tidak mendengarnya.”
Ini adalah kisah seorang laki-laki di mana Rasulullah Menjadikannya sebagai perumpamaan terhadap kebahagiaan Tuhan dengan taubat hamba-Nya. Kisah laki-laki ini terjadi ketika dia melakukan perjalanan sendirian dengan bekal makanan dan minuman di atas punggung untanya. Dia berangkat membelah daratan untuk sampai di tempat tujuannya. Riwayat-riwayat hadis menunjukkan bahwa yang bisa melewati daratan ini dengan selamat hanyalah orang yang telah mengenal seluk-beluk dan liku-liku jalannya. Laki-laki ini membawa bekal makanan dan air yang cukup bagi musafir selama dia harus membelah daratan itu. Hadis-hadis menerangkan bahwa daratan ini adalah daratan yang sepi, tanpa tumbuh-tumbuhan, sunyi dan mencelakakan, karena tidak berair dan bermakanan.
Di tengah hari laki-laki musafir ini melihat sebatang pohon di daratan itu. Dia sangat lelah. Dia pun turun dan beristirahat di bawahnya. Tidur siang hari memang digemari oleh banyak orang, lebih-lebih orang yang sedang kelelahan seperti musafir ini.
Begitu dia menutup kedua matanya, untanya lalu menghilang. Ketika dia bangun dia tidak melihatnya. Dia sangat terkejut, bukan karena rugi unta dan makanan. Itu adalah urusan yang mudah. Akan tetapi, hilangnya unta di daratan seperti ini berarti mati. Oleh karena itu, dia berlari ke sana-kemari untuk mencarinya, tetapi tidak menemukannya.
Dia kembali ke tempat semula dalam keadaan lelah dan haus. Karena lelahnya dia pun kembali tertidur. Ketika dia bangun, dia menemukan untanya sudah di depan matanya. Dia sangat bahagia dengan kebahagiaan seperti orang yang selamat dari kematian. Karena bahagianya dia salah berucap kepada Tuhannya. Dia berkata, “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhanmu.” Seperti yang tertuang dalam sebagian riwayat hadis.
Rasulullah telah menyampaikan kepada kita bahwa Allah lebih berbahagia dengan taubatnya seorang hamba daripada orang yang menemukan kembali untanya di daratan yang mematikan tersebut, seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah.
Taubat menjadikan Allah ridha. Allah lebih berbahagia dengan taubatnya seorang hamba daripada laki-laki yang menemukan untanya di daratan yang mematikan tersebut.
posted by @Adimin
Posting Komentar