Dalam teori kepartaian di Indonesia, masih banyak kesalahfahaman dalam menafsirkan roh partai politik. Kesalahan yang sangat fundamental dilakukan oleh banyak pihak dan rakyat dalam menilai realitas partai politik adalah sebagai sebuah entitas politik yang sempit dan bisa dikatakan tunggal. Sehingga yang didapat oleh publik adalah sebuah akrobat politik yang menimbulkan kekeliruan terhadap entitas partai politik.
Bila kita memahami teori kepartaian sebenarnya partai politik adalah sebuah realitas yang kompleks. Kompleksitas inipun sudah banyak disederhanakan oleh beberapa tipologi tertentu. Tipologi partai sendiri dapat dikategorikan dalam tipe, kelompok atau model tertentu. Tentunya tipologi ini juga bersifat ideal, meskipun tidak semua parpol demikian karna setiap partai politik mempunyai sifat-sifat lebih dari satu tipe partai. Artinya partai politik itu juga mempunyai beberapa tipologi ideal yang dapat menjadi sebuah institusi bermanfaat dan bisa dipercaya dimata masyarakat.
PKS : Cinta, Kerja dan Harmoni
Bicara partai politik di Indonesia, sampai saat ini kita belum menemukan partai yang mampu menjadi sebuah entitas politik yang mampu menjalankan fungsinya dengan baik sebagai penyokong demokrasi. Sesuai teori kepartaian di Indonesia menunjukkan belum ada partai yang mampu menjalankan fungsinya sebagai institusi politik yang dapat dipercaya publik. Tapi setidaknya PKS saat ini telah mendekati menjadi partai politik yang mampu menjadi artikulasi kepentingan rakyat.
Walau partai ini baru saja mengalami nasib tragis akibat tersandungnya mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) dalam impor daging sapi. Kasus ini sangat disayangkan ditengah-ditengah partai politik di Indonesia untuk membangun kepercayaan publik. Tidak ayal lagi kasus ini akan sedikit banyak akan berpengaruh pada elektoral PKS di pemilu 2014. Walau kasus inipun tidak akan berpengaruh pada kader PKS atau party ID, akan tetapi dimata publik ini sangat berpengaruh pada perolehan suara PKS yang berasal dari Undecided voters.
PKS bisa dikatakan menjadi satu-satunya dari banyak partai yang bergerak cepat dalam mengembalikan kepercayaan publik dengan perbagai upaya konsolidasi internal pasca kasus impor daging. Gerakan penyegaran spiritual kader akan sedikit banyak membantu mengikis demoralisasi kader.
Banyak partai di Indonesia yang kadernya terlibat korupsi malah hanya berkutat pada konflik internal tanpa ada upaya penyelamatan partai. Publik yang terlanjur menstempel jelek PKS saat ini mulai berfikir ulang karna gerakan penyelamatan partai di PKS sangat begitu sistematis. Ditengah-tengah menurunnya kepercayaan publik terhadap partai politik, PKS pun mencoba kembali menarik simpati publik dengan meluncurkan sebuah tagline baru “cinta, kerja dan harmoni”. Hal ini akan kembali mempertontonkan pada publik bahwa PKS telah berusaha memperbaiki borok partai ataupun penyakit demoralisasi kader. PKS pun berharap pada rakyat untuk dapat memaafkan partai ini yang pernah tersandung korupsi politik. Tagline yang begitu low profile ini akan dapat melahirkan persepsi baru bagi publik bahwa partai politik juga mampu menjadi pembawa aspirasi rakyat. Publik menilai peluncuran cinta, kerja dan harmoni benar-benar akan sesuai dengan hakikatnya dan mampu melegitimasi partai politik dihati sanubari rakyat. Peluncuran ini pun bertepatan dengan Milad PKS ke 15 yang digelar di kompleks Lawang Sewu Semarang, yang dikenal sebagai daerah dengan basis massa merah terkuat di Indonesia.
Wajah Baru Partai Politik
Ditengah kesibukan menghadapi pesta demokrasi lima tahunan. Partai ini mencoba sesuatu yang baru dari yang biasanya dilakukan dalam proses rekruitmen politik. Calon anggota legislatif yang ditampilkan dipublik hampir 90% berasal dari internal partai dan tidak satupun berasal dari kalangan artis. Ini membuktikan pada publik bahwa partai ini telah berhasil melalukan regenerasi kader dengan sangat baik. Ditengah gencarnya partai lain memburu artis sebagai peraup suara. Langkah yang jarang ditemukan di partai lain dinegeri ini akan membuat PKS akan mampu melahirkan kader-kader pekerja politik yang terjamin kapabilitas dan integritasnya. Ditambah lagi pembentukan karakter kader ideologis dengan perlbagai pembekalan internal maupun sekolah partai ala PKS.
Banyak pihak meragukan PKS mampu mendulang suara yang signifikan ketika partai ini tidak tertarik sedikitpun melirik artis sebagai caleg nya.Hal ini membuktikan PKS telah mampu menunjukkan lokus kekuasaan partai politik yang bersifat menyebar dan bukan oligarkis. Artinya proses rekruitmen politik di PKS tidak memakai teori the owner of the party, karna pemilihan caleg PKS melalui penyaringan suara arus bawah sehingga caleg yang dihasilkan sangat terseleksi dengan baik dan tentunya melalui persetujuan selektor kandidasi yang teruji.
Partai ini telah mengadopsi model rekruitmen politik dengan model inkulsif artinya setiap kader boleh menjadi kandidat politik, dan pembatasnya hanya sebuah regulasi dan selektor sebuah kontinum kandidasi dengan catatan tetap memperhatikan suara arus bawah. Sedangkan dipartai lain kita tidak menemukan pola rekruitmen politik yang ideal dan bahkan banyak terjadi penyimpangan antara pola inklusif atau ekslusif. Malah ada partai yang secara makro berkarakter partai kader tapi bila dilihat dari proses rekruitmen politik terjadi penyimpangan dan bahkan oligarkis, sehingga banyak kader yang berjasa maupun potensial dipartai malah tidak masuk dalam proses kandisasi legislatif.
Banyak peneliti menilai pemilihan artis sebagai caleg akan sangat beresiko tinggi, karna banyak artis yang tidak mempunyai kapabilitas menjadi wakil rakyat. Seperti dikatakan sosiolog UGM, Arie Sujdito, banyak partai menjadi partai pemalas karna terlalu banyak berharap dari para artis dan tokoh yang dianggap populer. Fenomena rekruitmen politik bergaya instan ini semakin membuktikan malasnya parpol melahirkan calon pemimpin bangsa.
Para caleg instan ini kebanyakan tidak memiliki kemampuan intelektual, track record sebagai pekerja politik. Inilah yang ditakuti ketika tidak ada seleksi yang jelas pada caleg yang tidak memiliki indentifikasi kepartaian (party identification) maka tidak ada jaminan akan dapat membenahi demokratisasi. Jangan aneh bila nantinya perilaku partai politik acap kali dicederai oleh perilaku elit partai yang tidak sesuai dengan norma.
PKS setidaknya telah mampu mempertahankan fungsi agregasi dan artikulasi dalam proses rekruitmen politik. Publik akan menunggu kerja nyata partai ini dalam upaya perbaikan citra partai politik khususnya partai Islam ditanah air. Langkah substansial diyakini PKS mampu menampilkan kerja-kerja organisatoris yang lebih merakyat. Ini semakin mengukuhkan wajah baru partai politik di Indonesia yang lebih reprensentatif. Wajah baru partai politik di Indonesia patut disandang oleh PKS sampai saat ini. Selamat Milad ke 15 buat Partai Keadilan Sejahtera
Bambang Arianto
posted by @Adimin
posted by @Adimin
Posting Komentar